Seorang guru sekolah Menengah Atas yang harus menghadapi kenyataan pahit bahwa putrinya, anak kedua dan satu-satunya perempuan, hamil. Putrinya itu baru berusia tujuh belas tahun, kelas tiga SMA.
Pak Dalimo seorang guru PKN di salah satu kota di jawa tengah. Dua tahun lagi Pak Dalimo akan purna bakti. Dia adalah guru teladan di kota tersebut. Beberapa prestasi telah diraihnya. Di antaranya beliau adalah pemenang juara I lomba PTK tingkat Jawa Tengah. Beliau juga seorang guru Praktik dan Penggagas Sekolah Adiwiyata di Kota Sragen. Beliau penulis buku ilmiah. Dan meskipun seorang guru PKN beliau juga menjadi guru silat di sekolahnya, dan pernah mengantarkan anak didiknya meraih medali emas tingkat nasional. Beliau sering menjadi nara sumber di beberapa sekolah di Kota tersebut. Kompetensinya tak diragukan lagi.
Pak Dalimo guru yang dihormati, disukai, dicintai dan favorit bagi murid-muridnya. Beliau sebagai guru sekaligus orangtua bagi anak didiknya. Beliau juga anutan, guru teladan di Kota tersebut. Banyak guru di sekolahnya dan di sekolah lain menimba ilmu darinya. Namun ada ujian yang Tuhan datangkan yaitu kehamilan putrinya itu ia rasakan sebagai pukulan telak baginya. Banyak guru lain yang tahu tentang kehamilan putrinya, hampir bukan menjadi rahasia umum lagi. Ini adalah ujian bagi Pak Dalimo selaku guru teladan.
Dan suatu ketika kepala sekolah memanggilnya dan mengajaknya bicara soal anaknya. Ia merasa semua orang mengejeknya; ia guru yang tidak mampu mendidik anaknya sendiri. Bagaimana ia harus menghadapi mereka? Bagaimana ia terhadap putrinya? Bagaimana putrinya itu bisa sampai hamil?
Ia merasa tidak punya nyali untuk berziarah lagi ke makam istrinya. Bagaimana ia mempertanggungjawabkan semua itu kepada almarhum istrinya? Bagaimana pula ia bisa mempertahankan kehormatannya sebagai guru? menjaga nama baiknya, menjaga marwahnya. Apa yang harus ia lakukan?