Hari Pahlawan selalu menjadi momen yang penuh makna di setiap tanggal 10 November. Bagi banyak orang, hari ini adalah saat untuk mengenang perjuangan para pahlawan yang telah mengorbankan segalanya demi kemerdekaan bangsa ini. Namun, bagi seorang anak perempuan bernama Sahla yang duduk di kelas lima SD, peringatan ini mengundang pertanyaan besar yang ingin ia tanyakan kepada orangtuanya. Dengan rasa ingin tahu yang mendalam, ia bertanya, “Apa sih arti pahlawan, Bu? Kenapa kita harus memperingati mereka?”
Ibunya tersenyum lembut, lalu menjawab, “Pahlawan itu bukan hanya orang-orang yang ikut berperang di medan perang, Nak. Pahlawan adalah siapa saja yang berbuat kebaikan tanpa mengharapkan balasan. Pahlawan adalah orang-orang yang dengan ikhlas menebarkan manfaat kepada sesama, tanpa peduli apakah orang lain tahu atau tidak.”
Sahla mendengarkan dengan seksama, tapi masih ada satu hal yang membuatnya penasaran. “Jadi, kalau orang yang hanya berbuat baik saja bisa disebut pahlawan? Seperti siapa, Bu?”
Ibunya mengangguk, lalu menceritakan sebuah kisah yang membuat Sahla terdiam. “Iya, Nak. Seperti Ibu Sulasmiyati, seorang guru SD di Pangeranan Kota Madura. Setiap hari, beliau mengantar jemput murid-muridnya menggunakan kendaraan Dorkas, tanpa pamrih. Dia melakukannya bukan untuk mendapatkan uang atau penghargaan, tapi untuk memastikan anak-anak bisa belajar dengan baik, bahkan di tengah kesulitan hidup. Itu adalah contoh kecil dari apa yang kita sebut pahlawan. Tindakannya bukan hanya membantu murid-muridnya belajar, tapi juga menumbuhkan semangat dan harapan.”
Sahla mulai merenung. Ternyata, pahlawan tidak selalu harus tampil di medan perang dengan senjata di tangan. Pahlawan bisa datang dalam bentuk apa saja, baik itu seorang guru, dokter, atau bahkan seseorang yang dengan tulus membantu orang lain tanpa pamrih. Pahlawan itu orang yang punya kepedulian, memiliki empati seperti Bu guru sulasmiyati, yang rela mengorbankan waktu, tenaga bahkan materi untuk muridnya.
Ibunya melanjutkan, “Pahlawan itu adalah orang yang tahu apa yang harus diperjuangkan, dan dia berjuang tanpa kenal lelah. Mereka tidak hanya berfikir untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk orang lain. Pahlawan itu tidak selalu harus besar, tapi setiap perbuatan baik yang dilakukan dengan hati yang tulus, itu sudah menunjukkan perjuangan yang luar biasa.”
Pahlawan, kata ibunya lagi, adalah orang-orang yang memiliki kesadaran tentang apa yang mereka lakukan dan mengapa mereka melakukannya. Mereka bukanlah orang yang menyesali perbuatan baik yang telah mereka lakukan. Justru mereka terus berbuat baik dan memperbaiki dunia, tidak peduli seberapa kecil atau besar dampaknya. Dan yang terpenting, mereka tidak membiarkan orang lain menulis jalan hidup mereka.
“Maka, pahlawan sejati adalah mereka yang menemukan jalan hidupnya sendiri dan berani berjalan di atasnya. Mereka yang terus berjuang meskipun tidak dilihat banyak orang, dan tidak mengharapkan imbalan,” kata ibu dengan bijak.
Sahla terdiam, merenung dalam-dalam. Ia mulai memahami bahwa menjadi pahlawan tidak harus menunggu momen besar atau menjadi terkenal. Menjadi pahlawan bisa dimulai dari hal-hal kecil, dari kebiasaan sehari-hari yang membawa kebaikan bagi orang lain. “Jadi, kalau aku berbuat baik ke teman-temanku, itu juga bisa jadi tindakan seorang pahlawan, kan, Bu?” tanya Sahla dengan mata berbinar.
Ibu Sahla tersenyum penuh kebanggaan, “Iya, Nak. Setiap orang yang berbuat baik dengan hati yang tulus, itulah pahlawan sejati. Jadi, jangan pernah ragu untuk berbuat baik, karena setiap langkah kecilmu adalah perjuangan besar.”
Hari Pahlawan tidak hanya sekadar mengenang sejarah, tetapi juga mengingatkan kita untuk terus berjuang menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi sesama. Pahlawan bukanlah mereka yang memikirkan kepentingan pribadi, melainkan mereka yang terus berbuat kebaikan dan menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Maka, siapapun bisa menjadi pahlawan, kapan saja, di mana saja.
Pahlawan pun ada di dunia pendidikan. Seperti halnya para guru hebat di sekolah. Mereka adalah pahlawan pendidikan yang memberi teladan positif dalam membentuk kepribadian. Merekalah guru yang setiap pagi menyambut muridnya dengan senyuman di pintu gerbang sekolah. Dari sinilah mereka mengajarkan kedisiplinan . Mereka yang menanyakan kepada murid muridnya saat akan belajar, “apakah ada yang belum sarapan, ketika di antara mereka ada yang belum sarapan, sang guru berbagi makanannya. Dari sinilah kita belajar nilai sosial. Mereka yang stay di sekolah membersamai muridnya dari datang hingga pulang. Kepedulian mereka hingga tuntas di jam terakhir. Sebelum beranjak pulang , sang guru pun berkeliling kelas untuk memastikan tak ada satu pun muridnya yang tersisa.
Selamat Hari Pahlawan