Setelah salat maghrib aku berangkat menuju Ciganjur. Tujuan utamaku adalah mengikuti kajian kitab tafsir alkabir sekalian sowan kepada Kyai Said Aqil. Sebelum meluncur ke tempat pengajian, aku mampir dulu ke masjid Nurul Madinah KKO Ragunan. Karena tujuanku untuk ngaji di Ciganjur atas ajakan sahabatku, yang menjadi Imam masjid Nurul Madinah.
Setelah salat Jamaah Isa, kami meluncur ke pesantren Tsaqofah asuhan kyai Said. Pengajian Kitab Tafsir dimulai Pukul 20.30 WIB. Dalam kajian tafsirnya sampai pada surat Al-Baqarah. Kyai Said membaca kitab tafsir dengan lantang, fasih dan bahasa yang mudah dipahami terutama oleh kaum santri. Beliau menjelaskan bahwa pengarang kitab menyebut bahwa Iblis merupakan bagian dari malaikat, karena pada ayat ini iblis sebagai istisna, dan istisna itu sebagai bagian dari mustasna. Dan seterusnya. Namun diakhir argument, pengarang kitab menyimpulkan jika iblis adalah bagian dari malaikat, maka status iblis sebagai istisna itu hanya pada istisna munqoti bukan munfasil.
Kajian tafsir selesai pukul 22.00 WIB. Kami diajak oleh ustadz Halim menuju ke ndalam kyai Said. Ustadz Halim masih keluarga dekat kyai Said, karena hal itulah kami bisa duduk bareng bersama tamu-tamu lainnya yang kelas VIP. Tampak di situ para alim ulama, pejabat tinggi, direktur, akademisi dan para penulis. Kulihat di depan tempat kyai Said duduk, ada dua buku baru yang tebal, rupanya para penulis memberikan hadiah buku itu untuk kyai Said.
Ustadz Halim adalah sosok pribadi yang santun, tawadu, dan aktif. Beliau seorang Direktur Utama, meskipun orang hebat namun penampilannya sangat sederhana dan biasa dalam berbusana. Bahkan jika bepergian sendiri pun seringnya mengendarai motor. Beliau mencintai ilmu terutama dunia mengaji. Jika tidak ada agenda ke luar kota atau ke luar negeri, beliau pasti hadir mengikuti kajian kitab Tafsir di ponpes Tsaqofah Ciganjur, asuhan Kyai Said Aqil Sirad.
Satu persatu para tamu ditanya oleh kyai Said, “ Dari mana?” dan beberapa pertanyaan ringan yang cukup mengakrabkan. Setelah para tamu berangsur pulang, kini giliranku. Ustadz Halim memperkenalkan kami. Lalu aku disuruh mendekat di samping Kyai Said. Beliau Kyai Said bertanya, “ Dari Mana?”
“Saking Ciputat.” Jawabku. Setelah aku menjawab pakai Bahasa Jawa. Rupanya beliau bertanya lagi menggunakan Bahasa Jawa. Dari sinilah aku semangat dan lebih dekat dengan beliau. Keakraban malam itu merupakan hari berkesan dan bersejarah buatku.
Terima Kasih Kyai, atas nasihatmu agar aku melanjutkan pendidikan S-3. Terima kasih kyai, atas doa tulusmu. Doa panjenengan adalah ayat-ayat tujuh, sama seperti yang selama ini aku amalkan. Ternyata panjenengan mampu membaca menembus apa yang ada dalam diriku. Bahkan hafal daerah kampungku. Luar biasa kecerdasan panjenenangan. Terima kasih kyai, rupanya panjenengan asyik, seperti angin yang berbisik, bisa menghangatkan hati para tamunya.

Mantab…….
terima kasih