Kemarau dan el nino masih membersamai kita di Bulan November ini. Di akhir pekan nampak langit mulai gelap, pertanda akan turun hujan. Hujan sudah lama ditunggu-tunggu manusia, namun kehadirannya masih nampak malu-malu. Di sebagian daerah sudah ada yang hujan, di sebagian lain turun hujan tapi sebentar, dan sebagian lainnya langit mendung tapi tidak jadi hujan. Dari hari ke hari selalu ada yang dinantikan, seperti halnya menanti hujan, menanti harapan. Setiap hari selalu ada yang dikerjakan, selalu ada yang diperjuangkan.
Setiap hari terbangun di pagi hari, pagi bagaikan halaman pertama pada sebuah buku, sebuah kisah perjalanan manusia. Hingga akhirnya terlelap tidur di malam hari, bak halaman terakhir sebuah buku, perjalanan akhir manusia. Dan ketika halaman terakhir itu selesai, maka berakhirlah kehidupan manusia. Seperti yang dialami saudara-saudara kita di Palestina.
Manusia Bagaikan buku
Tanggal lahir bak kover depan. Di situlah manusia diberi nama, seperti buku dengan judulnya. Sedangkan tanggal kematian bak kover belakang. Di situlah ringkasan hidup manusia dicoretkan, seperti buku dengan ringkasannya (sinopsis). Tiap hari ada yang dikerjakan manusia, bak halaman demi halaman pada sebuah buku. Terserah, apa yang mau dituliskan. Kebaikan atau keburukan, kemaslahatan atau kemudharatan. Manusia yang manfaat atau tidak manfaat.
Hidup Manusia Bagaikan buku
Ada buku yang tebal, ada buku yang tipis. Ada buku yang menarik dibaca, ada pula buku yang tidak menarik. Begitulah manusia di dunia ini. Manusia pun begitu. Ada yang menebar kebaikan saat hidupnya, ada pula yang bertumpu pada keburukan. Ada yang berbuat untuk sesama, ada pula yang bertindak hanya untuk dirinya sendiri. Ada yang baik, ada pula yang jahat. Ada yang dermawan ada pula yang bakhil. Ada yang alim adapula yang zalim. Ada yang salih adapula yang salah. Ada yang taat adapula yang maksiat. Pasang surut iman, manis pahit selalu ada dalam hidup manusia. Terserah, bagaimana menyikapinya?
Perjalanan hidup Manusia Bagaikan buku
Selalu ada cerita suka di satu halaman. Ada juga kisah duka di halaman yang lain. Seperti isi sebuah buku, kisah hidup manusia pada lembar demi lembar halamannya, selalu punya cerita sendiri. Setiap manusia pun bebas untuk menuliskan tiap lembar perjalanan hidupnya. Dia yang menjalani hari-harinya. Dia pula yang memegang pulpen-nya. Entah, coretan apa yang akan digoreskannya? Hari minggu mau jalan-jalan, mau berjogetan, hamburkan uang, itu adalah pilihannya. Hari ini mau hadir pengajian, hari ini berikan sumbangan untuk Palestina, itu semua juga dalam kendalinya.
Manusia ibarat buku Illiyin dan Sijjin
Dia boleh menulis apapun tiap harinya. Dia boleh berperilaku seperti apapun sehari-harinya. Sesuka hatinya, seenak pikirannya. Hingga tiba waktunya di halaman terakhir. Saat selesai semua yang dituliskannya. Karena semua akan diminta pertanggung-jawabannya. Buku Illiyin berisi catatan kebaikan manusia, dan buku Sijjin berisi catatan keburukan manusia.
Ibarat sebuah buku, perjalanan hidup manusia persis seperti isi buku. Mau ditulis apa isinya? Dari mana memulainya dan mau ke mana akan berakhir? Adalah pilihan untuk jadi buku yang bermanfaat atau tidak. Adalah pilihan untuk menulis buku yang menarik atau tidak menarik. Mau jadi buku yang baik atau buruk. Mau jadi buku yang biasa atau istimewa, itu pilihan bebas. Tapi sejatinya, setiap buku harus tetap punya misi dan tujuan. Entah, mau jadi buku yang berisi kebijaksanaan, kesalehan, kesenangan, atau kegunaan hidup.
Maka, mumpung masih ada waktu. Tulislah cerita dan kisah pada sebuh buku yang berkualitas baik lagi bermanfaat. Karena pada sebuah buku. Seburuk dan sejelek apapun halaman sebelumnya. Selalu tersedia halaman berikutnya yang bersih, yang masih kosong, halaman baru yang berisi kebaikan untuk dibaca orang lain.
Salam Literasi
Selamat berakhir Pekan