Sungguh, siapa pun yang mengawali hidup dengan kelahiran, maka akan diakhiri dengan kematian. Semua orang tahu kematian itu pasti. Tapi sayangnya, tidak semua orang mau mempersiapkan diri. Padahal, dunia adalah tempat untuk mempersiapkan kematian. Seperti kemarin ada seorang saudara seiman yang meninggal dunia. Beliau meninggal di hari Jumat, sebagaimana seuntai hadis berbunyi , ““Tidaklah seorang Muslim meninggal di hari atau malam Jumat, kecuali Allah menjaganya dari fitnah kubur.” (HR. al-Tirmidzi).
Beberapa tafsir menyebutkan keutamaan muslim yang meninggal di hari Jumat di antaranya adalah pertama termasuk khusnul khotimah. Pantas kemarin saat jenazah disalatkan cukup banyak yang menyalati karena momen pas setelah selesai salat Jumat. Kedua ia dicatat mendapat pahala sahid dan aman dari siksa kubur. Masyaalah sungguh luar biasa ketika meninggal di hari Jumat. Hadits ini menunjukan bahwa kemuliaan waktu memiliki pengaruh yang besar sebagaimana keutamaan tempat juga memiliki dampak yang besar.
Hari ini kita bertakziah, menyalati, bahkan mengantarkan ke pemakaman. Mungkin esok atau lusa, giliran kita yang diantarkan. Siapapun, pada “gilirannya” akan kembali pada Tuhan. Entah sebab sakit, kecelakaan, bahkan dalam kondisi sehat sekalipun. Semua yang hidup pasti akan mati. Kubur tidak pernah mengenal pangkat atau jabatan, apalagi status sosial. Kubur pun tidak kenal nasab atau keturunan. Pejabat tinggi, politisi, selebritis, karyawan, PNS, PPPK atau pun penjual ES. semua pasti kembali pada kematian.
Lagi-lagi sayangnya, masih banyak orang yang belum mau mempersiapkan kematian? Masih terlalu sibuk dengan urusan gemerlap dunia. Atau mungkin atas sebab lainnya jadi lalai bersiap diri. Lalu apa yang harus dipersiapkan untuk kematian?
Pada hakikatnya apa yang kita sibuki di dunia ini adalah sementara. Apa yang kita kumpulkan di dunia pun tidak berarti apa-apa di hadapan Allah. Tidak satu pun yang kita miliki akan dibawa mati. Hanya amal baik yang menerangi kubur kita. Maka beramalah yang baik-baik, jaga lisan, jaga perbuatan, dan yang penting adalah menjaga hati agar tetap tulus dan ikhlas terhadap apa yang terjadi.
Kerjakan semua perintah Allah SWT dan jauhi larangan-Nya. Sholat dan mengaji, bantu anak-anak yatim, gemar bersedekah, dan ikhlas dalam semua keadaan. Jangan lelah berbuat baik dan menebar manfaat kepada orang lain, sekecil apapun. Jangan biarkan sedetik pun waktu yang terbuang tanpa nilai ibadah kepada-Allah SWT.
Cintailah hal-hal yang baik, sukai hal yang positif, sesuatu yang bermanfaat dan memiliki muatan hikmah. Karena semua akan mati. Dan tidak satu pun di dunia yang dibawa mati. Segala perilaku pasti akan dimintai pertanggung-jawaban di akhirat nanti. Hindarilah perbuatan yang negatif, perbuatan yang buruk, seperti membicarakan aib orang, memfitnah, suuzon, berkata-kata kasar, mengambil hak yang bukan miliknya, memanipulasi dokumen, manipulasi tanda tangan, sertipikat, dan sebagainya.
Kapan pun waktunya, apapun keadaannya hindarilah semua itu agar Allah menjaga dan mengantarkan kita pada kondisi kematian yang baik, akhir hayat yang positif (husnul khotimah). Agar saat tiba giliran nanti, tidak ada teriakan sesal dari dalam kubur. Maka manfaatkan waktu yang tersisa untuk kebaikan dan kebermanfaatan.