Lusa Maulid nabi, tanggal merah bisa menjadi napas buat kita yang setiap hari beraktivitas. Tak berasa, sebentar lagi September kan berlalu, dan Oktober segera hadir mewarnai hari-hari kita. Mudah-mudahan September ini banyak kebaikan yang kita kerjakan sebagai ladang, saldo amal kita dalam menjalani kehidupan.
Tugas CGP alhamdulilah sudah selesai. Perasaan lega dan plong. Tugas kelompok ruang kolaborasi tentang bagja membuat prakarsa perubahan sudah diuplod di LMS. Terima kasih untuk sahabat-sahabat guru hebat, kalian memang keren. Tugas demosntrasi konstekstual juga sudah diuploud meskipun due detnya masih lama, tapi bukannya lebih cepat itu lebih bagus ya…
Setiap apa yang kulihat, apa yang kudengar, apa yang kurasa, dan yang kualami selalu aja ingin kutuliskan. Apa pun itu, di mana pun itu. Entah di rumah, sekolah, jalan, atau pun kadang saat menunggu pujaan hati di tempat kerjaan.
Dan untuk tulisan ini, aku tulis saat di perpustakaan sekolah sebagai tempat favoritku singgah.Karena bagiku, menulis itu sebagai bentuk ekspresi diri, refeleksi diri, menuangkan apa yang ada di hati, yang ada dalam pikiran. Makanya dalam program CGP selalu ada refleksi, setiap selesai dari mempelajari modul. Karena refleksi itu akan menjadi sebuah evaluasi, remedi agar kita bisa mengungkapkan perasaan, pengalaman, kendala, dan apa pun itu, sehingga dengan refleksi kita akan lebih intensif lagi dalam aktivitas berikutnya. Wah sungguh ini keren banget.
Bagiku menulis tidak untuk mencari uang. Bukan pula untuk menyelamatkan dunia dari lemahnya daya literasi baca tulis. Bagiku menulis bukan untuk mengejar popularitas. Sama sekali tidak. Aku menulis karena sudah jadi kebiasaan, sudah hobi, sudah menjadi kebutuhan. Maka setiap hari aku menulis minimal 400 kata hingga sampai ribuan frasa. Tentang apa saja yang kualami, aku ketahui, atau yang dirasakan. Dan maaf, aku tidak bisa menulis untuk mewakili pengalaman atau perasaan orang lain. Kecuali orang terdekat.
Memang benar, tidak semua tulisan disukai orang, Bahkan tidak sedikit orang yang “nyinyir” karena baca tulisan. Mungkin karena merasa disindir atau tersinggung. Jadi tips sederhana dalam menulis adalah “jangan pusing dengan penilaian orang lain tapi pusinglah bila tidak menulis yang berarti tidak berbuat apa-apa”. Karena hingga sekarang, orang yang menulis pasti bisa mempertanggungjawabkan apa yang ditulisnya. Berbeda dengan orang yang banyak bicara, sama sekali sulit diketahui kenyataannya apalagi kebenarannya.
Menariknya, saat aku menulis justru semakin “bersahabat” dengan pengalaman, dengan pengetahuan, dan perasaan. Ketiga itulah yang jadi sumber tulisan. Agar tidak ngalor-ngidul, seperti orang-orang yang banyak bicara, banyak bergibah. Menulis itu butuh proses, tidak mungkin instan. Sikap, pikiran, dan hati saling berproses sehingga bisa jadi satu tulisan. Jadi anggap saja, menulis untuk menyamakan gerak langkah “sikap-pikiran-hati”. Begitulah kira-kira.
Seperti kata bijak “Apa yang tertulis akan abadi, apa yang terucap akan hilang. Itulah prinsip menulis. Semua tulisan yang dipublikasikan pasti bisa dipertanggungjawabkan oleh penulisnya. Karena menulis itu perbuatan bukan pelajaran. Menulis juga soal keberanian bukan kekhawatiran. Itulah alasan sederhana, kenapa aku menulis.
Mulai sekarang, yuk menulis. Menulis itu mudah kok, semudah kita bernapas, semudah, kita mengedipkan mata.