Di akhir pekan tidak sedikit orang mau pergi tapi khawatir turun hujan. Hari ini ada yang khawatir jemuran tidak kering karena nggak ada sinar. Ada pula yang khawatir takut bisa makan atau tidak besok, lalu kerja siang malam hingga melalaikan ibadah dan kewajiban sebagai hamba. Banyak orang terlalu khawatir, hidupnya penuh kecemasan.
Terlalu khawatir, terlalu cemas. Segala apa aja dikhwatirkan lalu kepikiran. Pekerjaan, uang, hingga cuaca pun dikhawatirkan. Hujan khawatir kehujanan, panas khawatir kepanasan. Biaya sekolah anak dikhawatirkan. Makan dicemaskan. Apalagi sedekah, pasti sangat dikhawatirkan karena takut uangnya habis dan tidak ada lagi buat kebutuhan.
Banyak orang lupa. Khawatir itu tidak berdampak apa pun. Cemas itu tidak membuat apapun bisa jadi bergerak. Pekerjaan, rezeki bahkan uang terus-menerus dikhawartirkan. Pantas jadi lelah, stress, dan tidak berdaya. Lelah itu bukan karena pekerjaan, lemas itu bukan karena tidak punya uang. Tapi karena terlalu khawatir. Pikiran dan perasaan yang berlebihan. Mungkin terlalu banyak marah, benci, dan dendam. Berhentilah mengkhawatirkan apapun. Bangkitlah dari tempat duduk, dan bergeraklah ke ara positif, arah manfaat.
Apapun, jangan khawatir. Tidak usah cemas. Apalagi meragukan kekuasaan-Nya. Semua sudah ada yang mengatur. Karena ”Sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Pemberi rizki, Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh” (QS. Adz-Dzariyat: 58). Maka apapun, tidak perlu khawatir. Tugas kita hanya menyempurnakan ikhtiar dan terus beramal soleh. Selalu mau dan berani berbuat baik dan menebar manfaat kepada siapapun. Rezeki setiap manusia sudah Allah tetapkan. Bahkan terkadang datang dari arah yang tidak disangka-sangak. Jangan khawatir.
Khawatir itu tidak akan membawa pada kebaikan apalagi kemanfaatan. Khawatir hanya melemahkan semangat, membuang energi positif. Kerjakan saja apa pun yang baik dan tebarkan terus manfaat di mana pun berada. Seperti para guru penganut mazhab ki Hadjar Dewantara yang begitu semangat dalam pengabdian. Mereka semangat dalam menambah wawasan dengan mengikuti beragam webinar untuk mematangkan kompetensi bukan berburu sertifikat. Mereka rajin membuat aksi nyata yang disesuaikan dengan aktivitas pembelajarannya. Mereka bahagia ketika berada bersama muridnya karena muridnya mencitainya. Mereka memberi teladan positif dalam setiap sendi-sendi pengabdian. Dan mereka tak pernah khawatir apalagi cemas dengan pangkat, golongan, jabatan, uang dan segala yang berkaitan dalam aktivitasnya. Karena yang dilakukannya hanya untuk negeri tercinta dan mengharapkan Rido-Nya.