Penentapan tahun baru Islam merujuk pada peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah. Penetepan ini digagas oleh Khalifah Umar bin Khatab dan para sahabat nabi. Secara filosofis, hijrah rasul dijadikan penetapan Kalender Hijriah mengandung makna jika suatu umat menginginkan suatu kebaikan perihal dunia dan akhirat, maka harus berhijrah, mau bergerak dinamis dan sistematis. Bergerak jiwa raganya, bergerak hati dan pikirannya, bertumbuh ide, rencana dan tindakannya.
Tahun baru Islam Muharam 1446 H telah tiba. Setiap kali memasuki tahun baru, maka secara lahiriyah angka usia semakin bertambah, namum terkadang kita tidak sadar bahwa hakikatnya umur hampir tutup alias kesempatan tinggal di dunia hampir selesai. Ini pertanda ajal kian mendekat. Yang kemarin sudah berlalu, esok, lusa pun belum tahu seperti apa? Lalu, mengapa kita masih berani menyia-nyiakan hidup di hari ini? Mari bertanya pada diri sendiri, dari mana kita berasal dan mau ke mana hendak pergi?
Maka pesan rasul yang cukup bermakna dalam hadisnya yang berbunyi “Gunakan lima kesempatan sebelum datang lima kesempitan: Gunakan masa mudamu sebelum datang masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu dan hidupmu sebelum kematianmu.” (HR Al-Baihaki).
Berganti tahun, berlalu sudah waktu. Apapun yang dicari, berapa pun yang diraih akan datang masanya sirna, pada akhirnya akan tergantikan, bergiliran karena antrean. Siapa pun yang punya jabatan, kedudukan akan digantikan. Yang punya pangkat akan pensiun. Yang merasa muda akan segera tua. Yang cantik, tampan akan pudar dan menyusut. Yang memiliki popularitas akan dilupakan. Yang pernah punya segalanya akhirnya akan ditinggalkan. Yang pernah bersama akan kembali sendiri. Dan yang sekarang hidup pasti akan mati. Hanya itu yang pasti, selebihnya tidak pasti.
Namun ada satu hal yang akan tetap bermanfaat meski pun semua telah berganti dan kita telah tiada, yaitu amal jariyah kebaikan. Perbuatan baik yang mendatangkan pahala meskipun kita telah tiada. Beragam manfaat yang pernah ditebarkan kepada sesama.
Maka beruntunglah orang yang gemar menebar kebaikan dan bekas-bekas kebaikannya yang terus mengalir pahalanya. Bekas-bekas perbuatan baik yang bermanfaat untuk orang lain. Apapun bekas amalannya, bekas perbuatannya mungkin dari dari ilmu yang diajarkan, dari buku yang ditulis, dari harta yang disedekahkan, peduli terhadap anak yatim, kaum duafa. Memiliki empati tinggi, gemar memberi dan berbagi yang bisa menentramkan hati.
Maka sangat beruntung, bila punya banyak amal jariyah kebaikan. Meski kelak, nafasnya telah berhenti namun pahala kebaikannya tetap mengalir. Amal salih ketika hidup dan bekas amalannya akan tercatat di lauhul mahfuz. Sebagaimana kutipan ayat Alquran:”Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Yasin: 12)
Menurut Ibnul Jauzi, “siapapun akan dicatat kebaikan yang telah dilakukannya di dunia, begitu pula keburukannya. Bekas amalan yang ditinggalkan, mulut yang dipakai untuk membicarakan kebaikan, mata yang dipakai untuk melihat kebaikan, tangan yang dipakai untuk menolong orang lain, tangan yang gemar berjabat, bersedekah, kaki yang digunakan melangkah ke tempat yang baik.
Maka di tahun baru Muharam ini, tidak perlu untuk menjadi lebih hebat dari orang lain. Cukup menjadi lebih baik dari diri kita yang kemarin. Dan tahun ini harus lebih baik dari tahun kemarin. Menjadi pribadi yang mau berhijrah dari yang biasa menjadi cinta, cinta kebaikan pada hal-hal yang positif. Menjadikan diri menjadi pribadi yang bertumbuh dan meningkat dalam setiap sendi keteladanan.