Ki Hadjar Dewantara meyakini bahwa proses belajar harus selaras dengan kodrat anak. Ki Hadjar Dewantara membagi perkembangan usia anak menjadi tiga masa. Masa tersebut adalah masa perkembangan anak dalam hitungan windu (delapan tahun). Windu pertama wiraga (periode usia 0-8 tahun). Windu kedua Wiraga Wirama (usia 9-16 tahun), dan Windu ketiga Wirama (usia 17-24 tahun).
Masa wiraga (usia 0-8 tahun) disebut Taman Indria. Wiraga berarti raga atau penampilan gerakan . Dalam periode ini jasmani dan indera anak tumbuh pesat. Masa ini merupakan masa aktif dan penuh dengan pertanyaan. Anak-anak sulit untuk duduk diam dan fokusnya masih pendek. Mereka lebih suka bergerak dan beraktivitas. Masa ini menandakan bahwa anggota tubuh dan organ sedang dalam tahap pertumbuhan. Mereka banyak bergerak (melatih otot kasar, besar), melatih otot halus, mengeksplorasi indera mereka (pendengaran, perasa, pengecap, penciuman, peraba, termasuk imajinasi), dan mengenali simbol-simbol. Bermain menjadi kebutuhan penting pada masa ini. Pengalaman pergaulan dengan keluarga, teman-teman, tetangga, dan lingkungan sangat memengaruhi pembentukan karakter anak.
Masa Wiraga Wirama (usia 9-16 tahun) disebut masa intelektual. Wirama diartikan irama atau gerakan agar selaras untuk mencapai keharmonisan. Meskipun gerakannya masih aktif, anak-anak sudah mulai bisa fokus dan menggunakan akal pikiran mereka. Anak-anak mulai mengembangkan pemikiran kritis dan mencari pengetahuan. mereka semakin berani untuk bertanya dan bersikeras. Masa mengisi diri dengan berbagai aktivitas atau petualangan untuk mencari pengetahuan. Anak berinteraksi dengan teman sebaya, komunitas, alam, dan sumber pengetahuan lainnya, sebagai modal untuk perkembangan selanjutnya. Anak cenderung lebih percaya pada teman sebaya daripada orang tua. Pengaruh dari lingkungan luar akan memperluas wawasan mereka tanpa mengubah watak asli.
Pada masa ini, guru menuntun anak untuk melakukan, membiasakan, menginsyafi, hingga akhirnya menyadari mengapa mereka (misalnya) melakukan kebiasaan baik yang mereka lakukan di sekolah, bukan sekedar menuruti/mengikuti suatu aturan/kebiasaan saja.
Masa Wirama (usia 17-24 tahun). Anak dalam periode ini mulai menata bagaimana agar masa depannya senantiasa seirama dengan sesama dan semesta. Anak dipaparkan pada keputusan-keputusan mengenai bagaimana menebalkan jati dirinya di tengah masyarakat dan lingkungan. Mereka sadar bagaimana membawa diri sebagai manusia yang merdeka. Biasanya anak sudah menemukan passion atau minat yang mendalam. Mereka sudah mampu mengenal dan mengatur diri sendiri. Pengalaman dari petualangan pada masa Wiraga Wirama akan membantu mereka mengambil kesimpulan tentang jati diri mereka. Masa ini juga disebut sebagai masa Puber kedua, yaitu masa pematangan sebagai manusia.
Ketika anak-anak telah cukup dewasa, mereka diharapkan mampu menentukan arah hidupnya. Aktivitasnya sudah dapat berkontribusi dalam masyarakat. Mereka mampu berperan aktif, berfikir, dan bertindak untuk kemajuan diri dan masyarakat sekitarnya. Apa yang mereka lakukan pada masa ini akan mempengaruhi perilaku mereka sebagai orang dewasa.