Seorang kawan bertanya,” Bedanya apa, Guru penggerak dengan guru yang bukan penggerak?” Kawan ini seorang pengusaha sukses di bidang kuliner. Produksi kulinernya sukses dan sudah go internasional. Cabang-cabang kulinernya sudah ada di lima kota besar, dan tentunya ratusan karyawan ada dalam binaannya.
‘Sebenarnya setiap guru itu sah-sah saja disebut guru penggerak.” sergahku dalam obrolan
“Lah ko sama, maksudnya gimana?” Sang kawan mulai bingung
“Iya memang jika dalam ranah adminintrasi, guru penggerak itu setiap guru yang telah lulus seleksi kemudian mengikuti rangkaian pendidikan selama 6 bulan atau lebih lalu mendapatkan sertifikat guru penggerak dari Kemendikbud.” Jawab singkatku.
“Ikut seleksi dan mengikuti pendidikan selama 6 bulan.” lanjut kawan sudah mulai sedikit paham
“Ada juga yang membedakan bahwa ciri guru penggerak itu melekat pada dirinya istilah akronim MURMAN REFKOLIN.” Ucapku untuk menguatkan
Apa tuh MURMAN REFKOLIN?” Tanya sang kawan penuh penasaran
Istilah yang pertama adalah MUR (murid) guru penggerak harus berpihak pada murid. Segala hal yang dilakukan Guru harus bergeser dari pemuasan kepentingan pribadi menuju kepentingan murid. Guru membersamai murid di sekolah sejak murid datang hingga pulang. Guru berpikir seperti halnya “Apa yang murid butuhkan?”, “Apa yang bisa dilakukan agar proses pembelajaran menarik, menyenangkan, dan menantang?”, “Bagaimana cara membuka, menampung pendapat ide dari murid untuk mewujudkan dunia yang mereka idamkan?”
Istilah kedua MAN (mandiri). Guru harus mandiri, senantiasa memampukan dirinya dalam melakukan aksi serta berkenan mengambil tanggung jawab untuk memulai perubahan. Guru yang mandiri termotivasi untuk mengembangkan dirinya tanpa harus menunggu perintah. Guru melakukan perbaikan diri sehingga makin menguasai dan kompeten untuk membawakan perubahan yang berpihak pada murid.
Istilah ketiga REF (reflektif). Guru reflektif senantiasa memaknai pengalaman yang terjadi di sekelilingnya, baik yang terjadi pada diri sendiri maupun pihak lain secara positif-apresiatif-produktif. Nilai reflektif, berguna untuk pembelajaran menuntun dirinya, murid, dan sesama dalam menangkap pembelajaran positif, sehingga mampu menjalankan perannya dari waktu ke waktu.
Istilah keempat KOL (kolaboratif). Guru kolaboratif senantiasa membangun daya saing. Memperhatikan pentingnya kesalingtergantungan yang positif terhadap seluruh pihak yang berada di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Guru kolaboratif mampu membangun rasa saling percaya dan saling menghargai, serta mengakui dan mengelola kekuatan serta perbedaan peran sehingga tumbuh semangat saling mengisi, saling melengkapi
Istilah terakhir IN (Inovatif). Guru inovatif senantiasa memunculkan gagasan segar dan tepat guna. Nilai inovatif mengisyaratkan penguatan semangat ko-kreasi (gotong-royong) dan pemberdayaan aset, kekuatan yang ada di sekolah untuk mewujudkan visi bersama.
“Ohh itu cirinya guru penggerak yaa. “sahut kawan dengan wajahnya yang penuh keseriusan
“Kalau ada guru yang memiliki ciri di atas, tapi guru tersebut tidak mengikuti seleksi dan pendidikan guru penggerak, apa bisa disebut guru penggerak.”Tanya kawan dengan wajah penuh ingintahunya)
Sebenarnya sekalipun ia tidak mengikuti pendidikan guru penggerak namun ia sudah memiliki ciri sebagian atau seluruh murman refkolin, sah-sah saja. Karena pada dasarnya sudah melekat secara penjiwaan dari kepribadiaannya bahkan ini lebih kuat dibanding guru penggerak yang secara adminstratif. “terangku.