Seorang teman, berkata “Hidup nggak punya uang itu sulit”. Lebih sulit lagi kalau pekerjaan belum jelas, skill ga ada, dan bla bla bla…..” Sambil mengeluh dan raut muka yang agak cemberut, seorang teman berujar.
Apa iya begitu? Lupa ya, rezeki itu bukan hanya uang, bukan hanya pekerjaan, bukan pula skill. Kalau rezeki cuma itu aja, duh sedih banget dengernya, sempit sekali pola berpikirnya.
Rezeki bukan cuma soal harta, jabatan, rumah mewah, mobil megah, kemapanan, tampang keren, dan bentuk fisik indah, benda yang bagus-bagus. Melainkan rezeki itu segala hal yang dipersembahkan untuk kita. Udara yang jadi sebab kita masih bisa bernapas pun rezeki. Kesehatan lahir dan batin itu rezeki, kita bisa berjalan, tertawa, tersenyum itu juga rezeki yang patut disyukuri. Bahkan nyawa yang hari ini masih dititipkan pada raga kita pun rezeki. Jadi bahasa sederhananya, rezeki itu pemberian karunia anugerah dari Tuhan yang diterbarkan kepada makhluknya. Rezeki tidak hanya untuk manusia, rezeki juga diberikan kepada hewan, tumbuhan, dan makhuk hidup lainnya.
Rezeki itu pemberian dari Tuhan. Karakter dari rezeki itu pun beragam. Ada rezeki yang lahir ada pula yang batin, ada yang tampak ada pula yang tidak, ada yang besar ada pula yang kecil, ada yang banyak ada pula sedikit, ada yang baik ada pula buruk, ada yang halal dan ada pula yang haram. Ada yang berkah ada pula yang tidak.Paham ya? Jadi kalau kaki kita bisa melangkah ke masjid untuk salat berjamaah, itu juga rezeki. Karena sampai hari ini banyak orang melupakan masjid. Padahal justru dari tempat inilah keberkahan lain akan hadir. Kalau kita bisa berkumpul untuk mengaji, baca yasin, tahlil, dan mendengarkan nasihat ulama, itu juga rezeki. Dan termasuk kita bisa membaca tulisan ini juga disebut rezeki.
Seseorang yang mengharap rezeki yang baik, maka ia akan mengawali dengan niat baik, dengan cara yang baik, dan menggunakannya pula dengan yang baik-baik. Begitu sebaliknya terkait rezeki yang lain. Seseorang yang berusaha mencari rezeki yang banyak maka ia akan melakukan kerja keras, mengerahkan segala kemampuannya untuk meraihnya. Begitu pula sebaliknya. Seorang yang berusaha mencari jodoh yang salih atau salihah, maka ia akan berupaya melakukannya dengan niat yang salih dan cara yang salih pula. Begitulah konsep dari rezeki.
Entah kenapa, mindset kebanyakan orang itu hanya menganggap rezeki itu harta, uang, jabatan, atau kemapanan. Akhirnya gampang iri dengan harta yang dimiliki orang lain. Jadi susah hati dan pikiran akibat “meratapi” diri sendiri. Kerjanya membanding-bandingkan dengan rezeki orang lain. Hingga lupa untuk memperbaiki diri dan membaguskan ikhtiar. Agar diberi tambahan rezeki dan anugerah dari Allah SWT. Sekali lagi, rezeki itu bukan hanya itu!
Masih punya waktu untuk berbuat baik kepada orang lain itu pun rezeki. Bisa berkumpul duduk bareng, ngobrol sambil ngopi juga rezeki. Lalu, kenapa banyak orang sering lupa untuk bersyukur? Masih saja membandingkan diri dengan orang lain. Lalu si teman pun berdoa. Agar rezekinya ditambah, sementara rezeki orang lain dikurangi.
Lupa ya teman yang cinta dunia. Bahwa tidak semua hal bisa dibeli dengan uang. Tidak semua pula bisa diukur dari harta. Uang dan harta itu hanya sebagian kecil dari rezeki. Sedangkan rezeki yang keren itu bisa memiliki dua sayap dalam kehidupan, yaitu sayap kanan bersyukur, dan sayap kiri bersabar. Bersyukur ketika mendapat karunia. Dan bersabar ketika dalam keadaan kurang atau lemah. Jadi tidak perlu banyak mengeluh, ngedumel lalu menyalahkan orang lain. Lebih parah lagi menyalahkan takdir, menyalahkan Tuhan. Paham ya!
Literasi rezeki menurut Syekh Sya’rawi ada empat tingkatan. Beliau menyimpulkan bahwa harta adalah rezeki yang paling rendah. Kesehatan adalah rezeki yang lebih tinggi. Anak yang saleh adalah rezeki yang paling utama. Sedangkan ridha Allah adalah rezeki yang sempurna.
Wah keren banget literasi dari beliau. Kita jadi tahu bahwa harta, uang, jabatan dan segala hal yang berbau fisik itu tingkatan rezeki yang paling rendah. Artinya kalau ada orang yang dicari hanya harta, uang, jabatan, berarti orang itu di level apa yaa?
Literasi rezeki namanya. Untuk membangun rasa cukup pada diri sendiri. Untuk bersyukur atas karunia yang telah diberikan Tuhan. Untuk bisa bersabar atas kekurangan, kelemahan diri. Tanpa komplain apalagi berkeluh-kesah. Karena apa yang dimiliki hari ini, semuanya sudah pantas untuk kita. Tidak usah memaksa soal rezeki, karena sudah ada yang mengaturnya. Asal niat, ikhtiar yang sungguh-sungguh dan doa yang baik.
Cukup syukuri saja rezeki yang ada. Besar atau kecil rezeki itu relatif. Justru yang penting itu berkahnya. Berkah rezekilah yang akan mendatangkan rezeki-rezeki lainnya semakin deras. Karena berkah itu bertambah kebaikan. Berkah itu ketenangan. Sehingga kita semakin dekat, cinta pada Sang Pemberi rezeki..
Sungguh rezeki yang tidak berkah akan menjauhkanmu dari-Nya. Rezeki yang tidak berkah akan membuat tidak tenang, galau, resah dan gelisah. Maka dari itu mulai sekarang, yuk kita cari berkahnya.