Pada tahun 1854 beberapa bupati menginisiasi pendirian sekolah-sekolah kabupaten tetapi hanya untuk mendidik calon-calon pegawai . Kemudian pada tahun yang sama lahirlah sekolah-sekolah bumi putera yang hanya mempunyai 3 kelas. rakyat hanya diberikan pengajaran membaca, menulis, dan berhitung seperlunya dan hanya mendidik orang-orang pembantu dalam mendukung usaha dagang mereka.
Pemerintah hindia belanda memberikan kelonggaran kepada para calon mudir dokter jawa untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Pada tahun 1920 lahirlah cita-cita baru yang mengimpikan perubahan radikal dalam pendidikan dan pengajaran. Dan pada tahun 1922 lahirlah taman siswa di yogyakarta sebagai sebuah gerbang emas kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa. Tamansiswa ada sebagai jiwa rakyat untuk merdeka dan bebas.