Saya, kamu, dia, dan mereka, awalnya mungkin kesulitan untuk menulis. Menulis itu susah. Menulis itu gak punya waktu. Bahkan menulis itu sia-sia. Maka wajar, tidak sedikit orang tidak gemar menulis. Termasuk saya.
Di samping susah memilih kata-kata, diksi, rima, koherensi, merangkai morfem, mencari fonem dan lainnya, menuangkan ide dan gagasan juga tidak mudah. Menulis itu butuh imajinasi, rasa, dan dari hati. Makanya ada istilah bahasa Arab yang berbunyi, “ Yang dari hati akan sampai ke hati.” Begitu juga dalam menulis diperlukan kebersihan dan stabilnya hati dalam praktiknya. Sepertinya lebih enak ngomong, lebih enak nggegosip, lebih enak ghibah. Budaya lisan memang lebih keren daripada budaya menulis. He ..
Awalnya saya tidak bisa menulis, tidak hobi, tidak tertarik. Yang saya suka itu membaca dan mendengar. Saya lebih suka baca, karena dengan membaca, kita tahu apa yang dibaca, dan semakin banyak membaca, akan semakin banyak yang kita tahu. Begitu juga perihal mendengar. Saya suka mendengar nasihat dari ulama, orang-orang salih, orang-orang bijak. Karena sepotong nasihat dari hati mereka akan berpengaruh pada kepribadian kita.
Setelah saya pikir dan merenung, dengan akitivitas banyak membaca dan mendengar, buat apa, kalau yang kita baca dan dengar tidak memberi manfaat. Tidak memberi nilai positip.
Kemudian dari hal tersebutlah, pelan-pelan saya belajar menulis. Karena dengan tulisan yang bermanfaat akan menjadi amal jariah kita, meskipun telah tiada. Tulisan adalah umur kedua setelah penulisnya telah tiada.
Penulis novel hebat, yang karyanya mendapat banyak penghargaan adalah Pramudia Ananta Toer. Beliau memiliki banyak tulisan. Termasuk karya fenomenalnya adalah tetralogi pulau buru (karya yang lahir saat di penjara). Karya novel ini berjudul Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak langkah dan rumah kaca menjadi salah satu masterpiece yang lahir ketika sang penulis di asingkan di Pulau Buru. Meskipun beliau telah tiada namun karyanya tetap hidup, tetap dibaca oleh pegiat sastra.
Sama halnya Abuya Hamka, ulama kenamaan masa orde lama, justru melahirkan karya Tafsir Al Azhar ketika di dalam penjara. Syeikh Islam Ibnu Taimiyah melahirkan karya kitab Majmu Fatawa yang berjilid-jilid juga saat di dalam penjara.
Bagi penulis, tidaklah menjadi alasan, menjadi kendala meskipun fisiknya dipenjara, namun imajinasi dan idenya tetap melanglang buana. Karya-karya mereka akan menjadi sejarah dan memberi manfaat bagi pembaca. Dan Pahala akan mengalir pada penyusun karya. Karena tulisan mereka adalah umur keduanya yang tetap hidup.
Dalam surat Yasin dijelaskan “Sesungguhnya Kami yang menghidupkan orang mati, Kami catat semua yang telah mereka lakukan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan.” (QS. Yasin: 12). Artinya, Allah akan mencatat bentuk amal yang dikerjakan manusia dan berikut pengaruh dari amal itu. Jika baik, maka dicatat sebagai kebaikan. Dan jika buruk dicatat sebagai keburukan.
Dan Alhamdulillah, kini saya sudah bisa menulis. Sudah punya karya, beberapa buku. Dan mudah-mudahan bermanfaat untuk umat, baik pelajar maupun non-pelajar.
Hampir setiap hari, saya menulis. Menulis tentang apa saja, kapan saja. Menulis itu bukan pelajaran tapi keberanian. Menulis itu bukan teori tapi praktik. Menulis itu perilaku bukan ilmu . Siapa pun bisa menulis. Tinggal mau mencoba untuk berani atau tetap takut. Siapa pun bisa menulis, asalkan mau memulai praktik bukan sekadar teori. Dan siapa pun bisa menulis, karena menulis adalah perilaku bukan sekadar ilmu.
Menulis itu semudah berbicara. Kalau kita bisa berbicara, kalau kita berani berbicara. Tapi kenapa kita tidak belajar untuk bisa menulis. Kenapa tidak berani menulis. Menulis itu mudah ko, tinggal tulis aja yang kita bicarakan. Simpel kan. He..
Menulis itu semudah bernapas. Bernafas itu refleks. Tidak direncanakan, tidak dipikirkan. Tentu saja menulis itu mudah, karena kita tidak melakukan usaha apa pun. Sambil tidur pun kita tetap bernapas. Demikian pula dalam perihal menulis. Seorang penulis bisa melakukan aktivitas menulis dalam semua kondisi. Di mana pun, kapan pun. Tulislah apa yang kita tahu, apa yang kita dengar, apa yang kita rasa, apa yang kita yakini, apa yang kita minati. Lama kelamaan ide akan terus mengalir. Semakin sering menulis akan semakin berkualitas isi tulisan.