Melalui Filosofis menumbuhkan padi, KHD telah berpesan bahwa proses pembelajaran di sekolah hendaknya selalu berpusat pada murid, berpihak pada kepentingan murid. Guru secara sadar hendaknya membangun ekosistem yang mendukung pembelajaran murid sehingga mampu memekarkan mereka sesuai dengan kodratnya. (kodrat alam dan kodrat zaman). Dari situlah saat guru merancang sebuah program atau aktivitas pembelajaran di sekolah, baik berupa intrakurikuler, ko-kurikuler, atau ekstrakurikuler, maka murid juga seharusnya menjadi pertimbangan utama.
Secara alami dan mendasar murid adalah seorang pengamat, penjelajah, penanya, penilai, pengoreksi yang memiliki rasa ingin tahu atau minat terhadap berbagai hal. Lewat rasa ingin tahu serta interaksi dan pengalaman mereka dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya, sebenarnya mereka memiliki kemampuan dan kapasitas untuk mengambil bagian atau peranan dalam proses belajar mereka sendiri.
Terkadang guru atau orang dewasa menganggap murid seolah-olah tidak memiliki kemampuan, tidak punya kapasitas dalam proses pembelajarannya. Guru menganggap bahwa murid tidak mampu membuat keputusan, pilihan, atau memberikan pendapat terkait dengan proses belajar mereka. Bahkan tanpa sadar guru membiarkan murid menjadi tidak berdaya, dengan secara sepihak memutuskan semua yang harus murid pelajari dan bagaimana mereka mempelajarinya, tanpa melibatkan peran serta mereka dalam proses pengambilan keputusan tersebut. Tidak sedikit guru memperlakukan para muridnya untuk mengikuti kemauan gurunya, murid harus patuh, tunduk, dan menyamaratakan kemampuan, minat, dan talenta mereka.
Student Agency dalam Proses Belajar
Adapun upaya menjadikan murid sebagai pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri, maka guru perlu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya, sehingga potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik. Peran guru adalah 1) menuntun, mendampingi murid agar pengembangan potensi kepemimpinan mereka tetap sesuai dengan kodrat, konteks dan kebutuhannya 2) mengurangi kontrol kita terhadap murid.
Saat murid memiliki kontrol atas apa yang terjadi, atau merasa bahwa mereka dapat mempengaruhi fungsi dirinya dan arah jalannya peristiwa melalui tindakan-tindakan yang dibuatnya, maka inilah yang disebut dengan Student Agency. Seorang agent adalah seseorang yang secara sengaja mempengaruhi fungsi dan keadaan hidup dirinya. Orang yang dapat mengatur diri sendiri, bersikap proaktif, meregulasi diri sendiri, dan merefleksikan diri. Mereka bukan hanya dapat menjadi penonton dari perilaku mereka sendiri, tetapi adalah kontributor untuk keadaan hidup mereka sendiri.
Murid mendemonstrasikan “student agency” ketika mereka mampu mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya.
Kepemimpinan murid berkaitan dengan pengembangan identitas dan rasa memiliki. Ketika murid mengembangkan agency, mereka mengandalkan motivasi, harapan, efikasi diri, dan growth mindset (pemahaman bahwa kemampuan dan kecerdasan dapat dikembangkan) untuk menavigasi diri mereka menuju kesejahteraan lahir batin (wellbeing). Hal inilah yang kemudian memungkinkan mereka untuk bertindak dengan memiliki tujuan, yang membimbing mereka untuk berkembang di masyarakat.
Kepemimpinan murid adalah tentang murid yang bertindak secara aktif, dan membuat keputusan serta pilihan yang bertanggung jawab, daripada hanya sekedar menerima apa yang ditentukan oleh gurunya atau orang lain.
Ketika murid menunjukkan agency dalam pembelajaran mereka sendiri, mereka berperan aktif dalam memutuskan apa dan bagaimana mereka akan belajar, maka mereka cenderung menunjukkan motivasi yang lebih besar untuk belajar dan lebih mampu menentukan tujuan belajar mereka sendiri. Lewat proses seperti ini, murid-murid akan secara alamiah mempelajari keterampilan belajar sesuai minat, bakat, skill, dan talentanya. Keterampilan belajar adalah yang nantinya akan mereka gunakan sepanjang hidupnya dan bukan hanya untuk saat ini.
Saat murid menjadi pemimpin dan mengambil peran aktif dalam proses pembelajaran mereka sendiri, maka hubungan yang tercipta antara guru dengan murid akan mengalami perubahan, karena hubungannya akan menjadi bersifat kemitraan. Dalam hubungan yang bersifat kemitraan, maka murid akan:
- berusaha untuk memahami tujuan pembelajaran yang ingin dicapainya
- menunjukkan keterlibatan dalam proses pembelajaran
- menunjukkan tanggung jawab dalam proses pembelajaran
- menunjukkan rasa ingin tahu
- menunjukkan inisiatif
- membuat pilihan-pilihan tindakan
- memberikan umpan balik kepada satu sama lain.
Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid
Saat murid menjadi pemimpin (Student Agency) dalam proses pembelajaran mereka sendiri maka mereka sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajarannya. Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri. Tugas guru adalah menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat yang mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana mereka merefleksikan tindakan mereka.