Hari ini, besok, lusa dan seterusnya sepertinya perlu didengungkan gerakan literasi. Literasi bersama dalam lingkungan masing-masing. Gerakan literasi di rumah, pos warga, sekolah, kantor, kampus, taman, pasar, tempat ibadah, saat dalam perjalanan, dan sebagainya.Tanpa gerakan ini dimulai khawatir bangsa ini akan semakin mundur, akan semakin tertinggal dari bangsa lain.
Di tengah serbuan gadget dan tontonan TV yang kian tidak mendidik, mau tidak mau, gerakan literasi harus terus dibangkitkan. Karena itu, semua pihak harus terlibat dan peduli terhadap persoalan literasi di Indonesia. Agar anak-anak dan generasi milenial tidak terbuai gadget, game, medsos yang negative dan sebagainya.
Bangsa yang literat dibentuk dari masyarakat yang literat. Sedangkan masyarakat yang literat, tentu dibangun dari individu-individu yang literat. Di era digital seperti sekarang, individu yang literat pastinya memiliki fokus pada tiga komponen literasi penting, yaitu: 1) kemampuan literasi dasar, 2) memiliki kompetensi, dan 3) mempunyai karakter positif yang berkualitas.
Literasi dasar bertumpu pada enam kemampuan, yaitu; 1) literasi baca-tulis, 2) literasi numerasi, 3) literasi sains, 4) literasi digital, 5) literasi finansial, dan 6) literasi budaya dan kewargaan. Dengan berbekal literasi dasar itulah diharapkan seseorang mampu mencapai empat kompetensi penting yaitu: 1) kemampuan berpikir kritis, 2) kreativitas, 3) komunikasi, dan 4) kolaborasi. Sehingga dampak besar dari budaya literasi adalah meningkatnya kualitas karakter manusia menjadi lebih religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas.
Literasi, tentu tidak dapat terwujud bila berjalan sendirian. Semua pihak, di mana pun, bertanggung jawab atas tercipta atau tidaknya budaya literasi di masyarakat. Itulah yang disebut “literasi untuk semua”. Bukan semua untuk literasi. Karena sejatinya, tujuan besar dari literasi adalah “mengubah JENDELA menjadi PINTU”. Agar terwujud masyarakat yang memiliki pengetahuan yang luas, memiliki kompetensi dan kecakapan dalam hidup, di samping memiliki cakrawala berpikir yang lebih baik. Lebih bermanfaat bagi orang banyak.
Apabila memiliki kompetensi dan kecakapan dalam hidup. Orang akan berdaya dan mampu memberdayakan keadaan atas dasar kesadaran belajar, kemampuan memahami realitas, dan mampu mentransformasikan pikiran ke dalam perilaku sehari-hari.
Orang yang literat pastinya merujuk pada “kompetensi dan kecakapan” seseorang dalam menyeimbangkan pikiran dan perilaku. Orang yang mampu adaptasi terhadap perubahan. Dan yang terpenting, mampu memecahkan masalah atas realitas kehidupan sehari-hari.