Ada enam dimensi dalam profil pelajar pancasila yang perlu kita pahami bersama. Pertama pelajar Indonesia adalah pelajar yang beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Mereka mengamalkan nilai dan ajaran agama dalam kehidupannya sebagai bentuk iman dan ketaqwaan. Akhlak mulianya tercermin dalam perilaku terhadap dirinya sendiri, orang lain, alam dan negara.
Kedua dimensi kebhinekaan global yang berdasar pada pemahaman Indonesia sebagai negara multicultural, multietnis, dan multiagama yang perlu dijaga bersama persatuan dan Kesatuannya.Dengan pemahaman ini pelajar Indonesia menjadi terbuka, inklusif, dan berkeadilan sosial. Mereka bersedia menerima, menghormati, dan menghargai perbedaan. Mereka juga akan mampu menjaga keharmonisan agar tidak terjadi konflik akibat perbedaan yang ada.Hal ini juga berlaku di tingkat Internasional. Pelajar Indonesia tidak merasa bahwa budaya bangsanya yang paling baik di antara semua . Mereka memiliki kemauan untuk memahami budaya bangsa lain sebagai bentuk penghormatan.
Ketiga dimensi gotong-royong yang diartikan sebagai kemampuan melakukan kegiatan bersama dengan sukarela untuk memudahkan tercapainya tujuan bersama.Gotong-royong dilandasi karena ini rasa Peduli ingin berbagi adil tanggung jawab dan juga hormat terhadap sesama. Dimensi gotong royong membangun kepedulian pelajar Indonesia serta kesadaran bekerja sama dengan orang lain. Mereka terdorong menggunakan kemampuannya dan bekerja sesuai perannya masing-masing untuk mencapai tujuan bersama.
Dimensi keempat, pelajar Indonesia merupakan pelajar yang mandiri. Memiliki inisiatif untuk mengembangkan diri dan meraih cita-cita agar dapat berkontribusi pada lingkungan di masa depan. Inisiatif untuk mengembangkan diri ini berasal dari kesadaran akan kekuatan dan keterbatasan diri. Pelajar Indonesia dapat menetapkan tujuan dan menyusun rencana agar tujuan tersebut tercapai.Mereka mampu memilah sikap-sikap yang dapat mendukung atau justru menghambat pencapaian tujuan. Dalam proses mencapai tujuan pelajar Indonesia terus belajar dan melakukan evaluasi pada setiap tindakan. Mereka juga mampu mengelola pikiran dan perasaan demi berkomitmen pada tujuan.
Dimensi kelima pelajar yang bernalar kritis. Mampu berpikir secara adil dan terbuka sehingga dapat membuat keputusan secara tepat dengan pertimbangkan banyak hal yang berdasarkan data dan fakta yang mendukung. Mereka juga mampu memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif. Secara objektif membangun keterkaitan antara berbagai informasi, mengenalisis informasi, mengevaluasi, dan menyimpulkannya. Pelajar Indonesia adalah pelajar yang mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Sesuatu yang dihasilkan ini dapat berupa gagasan, tindakan, dan karya nyata baik ditunjukkan untuk dirinya sendiri maupun orang lain.
Dimensi keenam adalah kreatif. Kreatif erat kaitannya dengan imajinasi dan eksperimen. Mereka juga dapat mengeksplorasi ide dan bereksperimen pada sesuatu yang baru. Kreativitasnya tidak akan berhenti sampai ia melihat sumber daya yang dimilikinya mampu dikelola menjadi sebuah solusi dari permasalahan. Pelajar Indonesia yang kreatif mampu mengekspresikan diri mengembangkan diri dan menjawab berbagai tantangan .
Keenam dimensi itu saling berkaitan dan perlu dipelajari secara utuh. Mengapa demikian sebagai contoh yang pertama sikap cinta tanah air merupakan hasil perkembangan dimensi beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, dimensi berkebhinekaan global dan bergotong-royong. Yang kedua untuk menumbuhkan dimensi kemandirian, misalnya dibutuhkan kemampuan bernalar kritis dan kreatif.
Ketika kita hanya Mendengar enam dimensi secara sepintas maka seolah-olah hanya karakter tersebut yang ditonjolkan, padahal enam dimensi itu sudah merupakan sebuah rangkuman dari berbagai karakter kompetensi dan nilai dalam Pancasila. Jika tidak dipahami secara utuh, antara satu dimensi dengan Dimensi Lain bisa terlihat mirip maknanya atau bahkan bertentangan maknanya. Contohnya seseorang yang tidak mandiri akan sulit untuk bergotong-royong karena saat bergotong-royong seseorang dituntut untuk berkontribusi sangat atau mampu menyelesaikan tugas secara bersama-sama.
Guru juga seorang pelajar yang senantiasa belajar artinya guru juga menanamkan keenam dimensi tersebut kepada dirinya sendiri. Mengembangkan enam dimensi Pancasila ini bukan berarti menuntaskan pencapaiannya di tahun ajaran, melainkan proses pengembangan yang dilakukan terus-menerus dalam kegiatan belajar. Sebagai pelajar Indonesia dari jenjang PAUD sampai SMA atau SMK.
Profil pelajar Pancasila adalah karakter dan kompetensi yang perlu dikembangkan oleh pelajar Indonesia abad 21.Karakter dan kompetensi adalah dua hal yang saling mendukung satu sama lain. Keduanya melekat dalam berbagai pengalaman pembelajaran.