Tidak pernah kulihat ayah saya menangis. Walau saat itu, sebenarnya sah-sah saja dia menangis. Hebatnya lagi, dia tidak pula mengeluh. Sorot matanya tidak pernah putus asa saat pulang dari mengais rizki Allah. Walaupun tampak lelah dan capai, ayah tak pernah mengeluh, ayah tak pernah lemah berputus asa. Ayah sosok pribadi yang ikhlas, tegar, dan sabar dalam segala keadaan. Karena dia yakin, ada tanggung jawab dan amanah di pundaknya.
Ayahku hebat, Saat kecil dulu, aku suka diajaknya bekerja. Ayah juga sering mengajak naik bus berdua, memancing ikan di sungai, dan aktivitas macam lainnya. Ayah juga mendidikku untuk selalu bangun pagi, untuk mandi supaya segar dan tidak terlambat salat subuh. Beliau juga mengajari baca Al-qur’an. Dan mendidik untuk selalu mengerjakan salat di awal waktu, mengajak ke musala untuk salat berjamaah. Pernah suatu ketika, ayah dirawat di rumah sakit, meskipun dalam keadaan tangan diinvus, beliau tetap salat sambil berdiri, aku ingat itu. Kusaksikan betapa luar biasa ayahku ini. Ayahku memang hebat. Bercermin dari sosok ayah, ada pelajaran sederhana tentangnya:
- Seorang ayah itu bukan memberi tahu cara hidup. Tapi dia berproses untuk hidup dan membiarkan anak-anak melihat untuk melakukannya. Ayah tidak melulu “gudang nasihat” tapi justru “replika kehidupan” yang nyata. Ayah mangajarkan dengan memberi contoh tanpa perlu memerintah anak-anaknya.
- Seorang ayah itu mengajarkan tidak putus asa ketika ada masalah dan jangan terlalu sombong ketika segalanya berjalan baik. Agar tetap rendah hati dan tenang dalam menjalani kehidupan. Karena roda kehidupan akan terus berputar, baik suka maupun duka.
- Seorang ayah tidak boleh memusingkan persoalan secara berlebihan. Karena memang hidup tidak ada yang sempurna. Teruslah bersyukur dan ikhtiar yang terbaik. Maka tiap ayah harus terus bergerak dalam keadaan apapun.
Ketika Tuhan mengutus seorang nabi, maka Tuhan pun sudah menyiapkan musuhnya. Ketika Tuhan menciptakan keberhasilan, kesuksesan, maka Tuhan pun sudah menyiapkan masalah, rintangan, dan badai yang siap menghantamnya. Ketika Tuhan menunjuk seseorang menjadi pahlawan, maka Tuhan pun sudah memberikan kekuatan dan kegigihan yang ditanamkan dalam jiwanya.
Seorang ayah adalah sosok pahlawan, pahlawan bagi keluarganya, pahlawan bagi istri, anak, serta orang-orang sekitarnya. Tuhan tahu bahwa seorang ayah pasti mampu menjadi pemimpin dalam keluarganya. Dan semua ayah, pasti punya tips sendiri dalam menjalani predikat sebagai “ayah”. Ayah bukan gelar, bukan pula kasta apalagi hanya status. Tapi ayah adalah tanggung jawab, ayah adalah amanah. Siapapun yang menjadi ayah. Pasti melekkat pada dirinya tanggung jawab dan amanah secara bersamaan. Tanpa perlu ada diskusi tentang ayah ideal atau tidak ideal. Apalagi ayah idaman dan tidak idaman. Ayah itu proses. Dan setiap ayah punya ceritanya sendiri. Tanpa bisa dibandingkan atau digeneralisasi.
Ayah tidak pernah menginginkan anak-anaknya jadi ini jadi itu. Ayah hanya bisa mencotohkan perbuatan baiknya sebagai tanggung jawab dan amanah. Maka kebanyakan ayah, hanya berpesan kepada anak-anaknya, “jadilah yang terbaik, sebaik yang seharusnya dilakukan seorang anak”.
Tapi sebagian sosok ayah hari ini bisa berubah menjadi ayah zaman now. Survei menyebutkan, 52% ayah zaman now lebih senang main hp daripada bermain dengan anaknya. Dan 28% ayah “menyerah” karena tidak mampu jadi contoh untuk anak-anaknya. Alhasil, 3 dari 10 anak Indonesia hari ini merasa tidak diperhatikan ayahnya. Karena ayah zaman now sibuk dengan dunianya. Sebagian ayah zaman now, lebih suka berangkat pagi pulang malam. Berangkat gelap pulang gelap. Ayah-ayah yang cuma bisa buka kaus kaki, ganti baju, lalu ngopi sambil main hp dan baca-baca chat di hp.
Ayah yang bertanggung jawab karena mencari nafkah belum tentu amanah untuk keluarganya, anak-anaknya. Agak kasihan anak-anak zaman now. Punya ayah tapi terasa tidak ada ayah. Secara fisik ayahnya ada. Tapi secara batin, anak-anak zaman now ibarat “yatim”. Anak-anak yang duduk di sebelah ayah tapi tidak ada yang bisa diungkapkan. Anak-anak yang tidak berani bicara bahwa di sekolah sulit. Takut dimarahin, takut diomelin sama ayah zaman now.
Maka di hari ayah yang indah ini. Hanya pesan sederhana yang bisa dipetik untuk esok. Untuk ayah, peluklah anak-anakmu dan berikan kehangatanmu seperti hangatnya kamu di luar sana. Didik mereka ke arah positif dan cegah serta tegur ketika mereka berada di jalur negatif. Tetaplah engkau wahai ayah, menjadi pahlawan yang selalu mengayomi dan menuntun anak-anak ke stasiun kebermanfaat dan surga firdaus yang diidamkan.
Selamat Hari Ayah