Di sebuah dusun terpencil, yang belum ada penerangan listriknya, seorang perempuan muda yang baru saja menikah tahun lalu, mengalami pendaharan sebab usia kandungan yang sudah menua. Ia harus di bawa ke kampung sebelah dengan menggunakan perahu sampan guna sampai ke tempat sang bidan. Sang suami dan keluarga dekatnya membawanya dengan penuh cemas. Tampak sang perempuan muda mulai pucat dan lemas. Sang perempuan mempertaruhkan nyawanya untuk anak pertamanya.
Di lain tempat, Seorang ibu yang sedang tertidur pulas karena dinginnya malam, terbangunkan oleh bayinya yang baru saja berusia tiga bulan, dengan penuh rasa kasih sayang dan cinta, sang ibu rela bangun untuk mengganti popok dan menyusuinya, meskipun rasa kantuk masih menguat.
Di lain tempat, seorang ibu yang berjuang sendiri (single parent) yang telah ditinggal mati suaminya lantaran kecelakaan. Ia kuat dan mampu berjuang menghidupi kedua anak kesayangannya. Mulai dari memberi makan, biaya pendidikan, sampai mendampingi di pelaminan.
Sosok para ibu yang mendidik dengan penuh kasih sayang, penuh keihklasan, dan penuh harapan, agar anak-anaknya di kemudian hari menjadi orang yang sukses, orang yang bermanfaat untuk orang lain. Menjadi anak yang salih, yang patuh pada Tuhan dan bakti pada orang tuanya.
Tapi sayang hari ini. Tidak sedikit anak yang lupa pada ibu kandungnya. Lupa kebaikan ibunya, lupa pengorbanan ibunya, dan lupa pada semua jasa-jasa ibundanya. Hiks.hiks. hiks…
Bakti kepada ibu sebatas dunia maya. Hati besar seorang ibu kini pupus. Kata-kata bijak tentang ibu kini berpindah ke media sosial. Sosok ibu selalu dikagumi. Tapi sedikit sekali dikunjungi. Anak-anak zaman now sering lupa.
Sosok ibu tidak pernah bisa ber-kamuflase. Sementara media sosial hanya kamuflase, sebatas dunia maya. Hati besar ibu memang tidak seluas media sosial. Tapi hati ibu tetap apa adanya. Bukan seperti media sosial yang ada apanya.
Karena medsos, ibu kandung sering dilupakan anaknya. Saat ibu kirim WA pun, anak-anak sering lambat menjawabnya. Ibu yang sering diceritakan tapi sekaligus diabaikan. Anak zaman now yang tidak lagi meminta nasihat pada ibunya, namun condong meminta nasihat kepada rekannya, kawannya, bahkan para motivator kebanggaannya.
Anak-anak sering lupa. Mau sehebat apa pun dan sesukses apapun. Sudah pasti, itu karena ada perjuangan sosok ibunya. Sosok ibu yang melahirkannya, sosok ibu yang menyusuinya, sosok ibu yang mengganti popoknya saat malam larut dan mata sudah tertutup. Belum lagi perjuangan beliau memberi makan, biaya pendidikan sampai tinggi, dan merawatnya di kala sakit harus berobat ke dokter.
Di situlah ada sentuhan kasih sayang seorang ibu. Sosok yang paling gigih memperjuangkan mimpi anak-anaknya. Ibu, sosok yang selalu membela anak-anaknya. Sosok ibu yang salihah yang selalu menyelipkan nama-nama anaknya dalam setiap doa sehabis salatnya, dengan harapan semua anaknya sukses dunia dan akhiratnya, bahagia di dunia dan berkumpul bahagia pula kelak di surga-Nya. Hingga kasih sayangnya melebihi batas langit dan bumi.
Wahai para anak…
Ingatlah kepada ibumu, karena surgamu ada pada ridanya. Rida Allah ada pada rida ibumu. Bukan selainnya. Sudah sepantasnya sekarang kalian temui ibumu, jenguk ibumu, peluk ibumu, rengkuh dengan kuat sebagaimana engkau direngkuhnya saat kecil dulu supaya tidak jatuh saat digendong, saat ditimang.
Naaaak..
Obatilah kangen dan rindu ibumu dengan kehadiranmu, dengan pelukanmu, temanilah ibumu untuk hari ini saja. Tidurlah bersamanya, jaga dari tidurnya, sebagaimana beliau menjagamu saat bayi dulu dari gigitan nyamuk.
Selamat hari ibu untuk para Ibu …
Hanya Kasih sayangmulah yang tulus, bukan modus.
I Love U …