Kasus 1 | Kasus 2 |
---|---|
Rayhan adalah seorang murid kelas 12 yang sangat berbakat dalam bidang seni. Dia juga sopan dan baik hati. Dia selalu membuat orang terkesan dengan karya-karya seni yang dibuatnya. Namun dia kurang memahami dan menguasai pelajaran Matematika. Nilai-nilainya untuk pelajaran Matematika selalu di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sebelum mengikuti Ujian Akhir SMA dan pengumuman kelulusan SMA, Rayhan sudah diterima di universitas pilihannya di jurusan Seni dengan program beasiswa. Pada hari ujian akhir sekolah pelajaran Matematika, Pak Didi adalah guru pengawas ujiannya. Pak Didi memergoki Rayhan menyontek pada saat ujian akhir sekolah Matematika. Rayhan pun sudah mengakuinya ketika ditanya oleh Pak Didi. Setelah ujian selesai, Pak Didi menghadap kepala sekolah, Ibu Dian. Ibu Dian paham, bila sekolah menindaklanjuti kasus ini sesuai peraturan, Rayhan bisa kehilangan kesempatannya untuk mendapatkan beasiswa di universitas impiannya atau bila ia berbelas kasihan pada Rayhan dan menyimpan kejadian ini rapat-rapat, berarti Ibu Dian tidak mengikuti peraturan sekolah, mungkin Pak Didi akan mempertanyakan prinsip keadilan yang selama ini mereka junjung di sekolah. | Pak Doni adalah seorang kepala sekolah yang baru diangkat di SMA Bakti Nusantara. Tahun ajaran ini, sekolah tersebut menerima dana Tanggung jawab Sosial Perusahaan/Corporate Social Responsibility (CSR) dari sebuah perusahaan minyak yang peduli pada dunia pendidikan. Dana tersebut diberikan pada sekolah untuk membiayai pelatihan guru dalam bidang literasi digital. Setelah acara pelatihan guru selesai, Ibu Rini, bendahara kegiatan mengatakan pada Pak Doni bahwa guru-guru bertanya apakah akan ada acara makan-makan. Bu Rini juga mengatakan masih ada sisa dana CSR tersebut, dan biasanya setiap selesai kegiatan pelatihan, sisa dana digunakan untuk makan-makan para guru di restoran dekat sekolah. Ibu Rini pun sebagai bendahara panitia, sudah terbiasa membuat kwitansi palsu untuk membiayai acara tersebut, atas sepengetahuan kepala sekolah sebelumnya. Bila Anda menjadi Pak Doni, keputusan apa yang akan Anda ambil? |
Situasi pertama adalah situasi dilema etika karena kedua pilihan benar. Bila Anda berada dalam posisi Ibu Dian, Anda dapat mengikuti prinsip keadilan dengan memberi Rayhan konsekuensi sesuai aturan sekolah dengan risiko Rayhan mendapatkan pembatalan beasiswa di universitas yang diimpikannya, atau Anda membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, demi masa depan Rayhan, karena terkadang adalah hal yang benar untuk memegang peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian demi masa depan murid merupakan tindakan yang benar juga. Pilihan untuk menuruti peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa hormat terhadap keadilan (atau sama rata). Pilihan untuk membuat perkecualian dalam peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa belas kasihan (kebaikan hati). | Situasi kedua, adalah situasi Bujukan Moral, karena ini adalah situasi dimana seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah. Kepala sekolah paham bahwa sebetulnya dana tersebut tidak boleh digunakan untuk kegiatan semacam itu. Ada pilihan benar dan salah bagi kepala sekolah yaitu, benar dengan menolak permintaan guru-guru untuk makan-makan setelah program pelatihan selesai dan bendahara harus membuat kwitansi palsu, atau salah bila memenuhi permintaan guru-guru untuk makan-makan untuk kebersamaan, tetapi memalsukan dokumen dan memanipulasi laporan keuangan |
Pengambilan keputusan merupakan bagian dari suatu keterampilan, semakin sering seseorang melakukannya maka semakin terlatih, fokus, dan tepat sasaran. Sesulit apapun keputusan yang harus diambil oleh seorang pendidik maka perlu mendasarkan pada tiga unsur yaitu 1) berpihak pada murid, 2) berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan 3)bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil.
Dilema etika adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan yang keduanya sama-sama benar secara moral tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan moral yaitu situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar dan salah.
Bujukan moral lebih mudah diatasi karena dapat berpegang pada norma yang berlaku untuk berpihak kepada yang benar dan yang salah. Dilema etika lebih sulit dihadapi karena ada berbagai hal yang terlibat seperti cinta, keadilan, kebenaran dan sebagainya.
Ketika menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasar yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Secara umum situasi dilema etika dikategorikan menjadi empat yaitu:
- Individu lawan kelompok (individual vs community)
- Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
- Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
- Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Pada Umumnya dalam mengambil keputusan didasarkan pada tiga prinsip berpikir, yaitu:
- Berbasis hasil akhir (End-based Thinking)
- Berbasis peraturan (Rule-based Thinking)
- Berbasis rasa peduli (Care-based Thingking)
Dalam mengambil keputusan terdapat sembilan langkah yang dapat dijadikan panduan yaitu:
- Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan lalu menyaring mana yang berhubungan dengan etika sopan santun dan norma sosial.
- Tentukan pihak yang terlibat.
- Kumpulkan fakta-fakta yang relevan.
- Pengujian benar atau salah menggunakan uji regulasi, uji legal, uji standar professional dan sebagainya.
- Menguji 4 paradigma benar vs benar.
- Melakukan prinsip resolusi menggunakan 3 prinsip cara berpikir di atas.
- Investigasi opsi trilema.
- Membuat keputusan.
- Lihat keputusan dan merefleksikannya.